✔ Kesultanan Selaparang

 kerajaan Islam Lombok Lainya memiliki kaitan bersahabat politik perluasan Kerajaan Majapahit ✔ Kesultanan Selaparang
Makam raja - raja Selaparang

Kesultanan Selaparang dan kerajaan- kerajaan Islam Lombok Lainya memiliki kaitan bersahabat politik perluasan Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1357 Masehi, ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Laksamana Nala berhasil menguasai Lombok dan Dompu. Sejak itu bermunculan kerajaan – kerajaan di Sumbawa Barat dan Sumbawa Timur. Sebelumnya penduduk orisinil di pulau Sumbawa merupakan kelompok – kelompok kecil, yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku. Dikalangan masyarakat Mbojo disebut Niceki dan di dalam masyarakat Sumbawa disebut Tau Lokaq. Kerajaan – Kerajaan di Sumbawa timur yang dimaksud ialah Kerajaan Bima Sanggar dan Dompu, Sedangkan di Sumbawa Barat terdapat kerajaan Utan Kadali, Seran, Taliwang sebagaimana disebut dalam kitab Nagarakertagama.

Bahkan dalam suber sejarah lainya disebutkan bahwa Laksamana Nala dalam ekspansinya juga menjalin kekerabatan kekeluargaan dengan Kepala Suku Lombok, sehingga nantinya sehabis keruntuhan Majapahit banyak dari keturunan Laksamana Nala yang menjadi raja di Lombok.

Berkembangnya agama Islam serta munculnya kerajaan yang bersendikan agama telah mempercepat proses runtuhnya Kerajaan Majapahit. Seiring dengan itu, seluruh kerajaan yang ada di Lombok yang selama ini berada di bawah kerajaan Majapahit menjadi kerajaan merdeka dan mandiri. Demikian juga dengan kerajaan – kerajaan yang ada di Lombok yang gres memerdekakan diri tersebut, salah satu yang paling terkemuka dan populer diseluruh Nusantara ketika itu ialah kerajaan Lombok yang sekarang dikenal dengan nama Labuan Lombok.

Kerajaan Lombok inilah yang beberapa tahun kemudian, oleh pangeran (Sunan) Prapen, Putra Sunan Giri dijadikan sebagai sentra Islamisasi Pulau Lombok. Setelah Sunan Prapen berhasil menjalankan tugasnya di pulau Lombok ia meneruskan misinya ke Pulau Sumbawa. Sepeninggal Sunan Prapen, Prabu Rangkesari menggantikan Prabu Mumbul sebagai Raja Kerajaan Lombok. Atas dasar pertimbangan strategis, ia memindahkan Ibu Kota yang semula terletak di Teluk Lombok ke Bekas Kerajaan Selaparang (Periode Hindu). Kerajaan Lombok inilah yang kemudian hari dikenal sebagai Kesultanan Selaparang.

Kedatangan Belanda, semakin memanaskan suasana politik dan meningkatkan dinamika social budaya di seluruh Nusantara, termasuk semua wilayah Nusantara Tenggara. Pada bulan Juni 1618 Kerajaan Gowa menakhlukan dan mempersatukan kerajaan – kerajaan yang ada di Sumbawa Barat menyerupai dikisahkan dalam Tambo Gowa dan Tallo, kemudian berturut-turut pada tahun 1633, Gowa menakhlukan Bima, Tambora Sanggar, dan Dompu, serta tahun 1610menundukan Selaparang. Penakhlukan-penakhlukan tersebut dilakukan dengan cara cultural dan spiritual. Artinya secara tenang melalui perkawinan antara keluarga raja dan kesepakatan untuk mempertahankan Iman Islam di antara mereka.

Usaha Belanda untuk menguasai Nusantara lambat laun membawa hasil. Pada tanggal 18 November 1667, VOC berhasil memaksa Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Gowa untuk menanda tangani perjanjian Bongaya. Akibat dari perjanjian itu ialah mundurnya Gowa dari kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaanya. Kerajaan Karangasem dari Bali, yang semenjak usang mengincar pulau Lombok, gres berhasil menguasainya pada tahun 1470 setalah kerajaan ini melaksanakan komplotan dengan Arya Banjar Getas. Maka, semenjak itu pengaru Bali kembali mewarnai kehidupan social, politik, dan budaya Suku Sasak. Selain itu, Belanda tetap melaksanakan penetrasi politik dan kekuatan militernya, yang balasannya menghuasai pulau Lombok dan Sumbawa hingga dengan kedatangan Jepang yang mengalahkanya pada tahun 1942.

Belum ada Komentar untuk "✔ Kesultanan Selaparang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel