✔ Raden Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan Dari Tanah Sunda


Raden Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan dari Tanah Sunda

Raden Dewi Sartika (Disbudpar)
A+ A-


Raden Dewi Sartika yang lahir di Bandung, 4 Desember 1884 ialah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita. 

Dewi Sartika ialah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi patih di Bandung, Somanegara pernah menentang Pemerintah Hindia Belanda. 

Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden Somanagara. 

Meskipun bertentangan dengan akhlak waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda. 

Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunya) yang menjadi patih di Cicalengka. 

Oleh pamannya itu, ia mendapat pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.

Sedari kecil, Dewi Sartika sudah mengatakan talenta pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. 

Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, ia sering memperagakan praktik di sekolah, mencar ilmu baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada bawah umur pembantu di kepatihan. 

Papan bilik sangkar kereta, arang, dan penggalan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu, Dewi Sartika gres berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh bawah umur pembantu kepatihan.


Gempar, alasannya waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat jelata) yang mempunyai kemampuan ibarat itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang telah cukup umur semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. 

Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang mempunyai keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta sanggup mewujudkan cita-citanya. 

Adat yang mengekang kaum perempuan pada waktu itu, menciptakan pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun alasannya kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akibatnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, dari pernikahannya itu ia mempunyai putra berjulukan R. Atot, yang merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung.

Suami dari Dewi Sartika mempunyai visi dan harapan yang sama dengan Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang ketika itu merupakan sekolah Latihan Guru.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya, menjadi bahan pelajaran ketika itu

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagara pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda. 

Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, memakai ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga lalu pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. 

Lokasi gres ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta proteksi dana langsung dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa sundabisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang mempunyai harapan yang sama dengan Dewi Sartika. 

Pada tahun 1912 sudah bangkit sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). 

Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum mempunyai Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. 

Seluruh wilayah Pasundan lengkap mempunyai Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang bangkit di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang lalu berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia Belanda.

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun lalu dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.

Sumber:

wikipedia
biografiku
diolah dari aneka macam sumber
 
sindonews.com

Belum ada Komentar untuk "✔ Raden Dewi Sartika, Pejuang Pendidikan Dari Tanah Sunda"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel