✔ Sebarkan!!! Ini Ajaran Haram Gunakan Atribut Natal Dan Pertolongan Syiar Hari Raya Orang Kafir

SEBARKAN!!!
Ini Fatwa Haram Gunakan Atribut Natal dan Dukungan Syiar Hari Raya Orang Kafir

AFDHALILAHI.COM – Sungguh ironis, negara dengan lebih banyak didominasi muslim terbesar di dunia bukannya dihormati, justru seolah malah dipaksa untuk tunduk pada kepentingan orang-orang Nasrani dalam hari raya mereka (natal), dengan alasan toleransi.

Para pengusaha kafir Kristen, di gerai, toko, retail dan perusahaan mereka pun tak segan-segan menyuruh para karyawan –termasuk muslim- di yang bekerja di dalamnya untuk mengenakan atribut natal.

Parahnya lagi, demi ‘sesuap nasi’ ada pula karyawan Muslim justru nurut bahkan sukarela mengenakan atribut natal, dengan baju dan topi merah mirip sinterklas.

Padahal, sudah berabad-abad yang kemudian para ulama salafus shalih melarang Umat Islam ikut serta dalam membuatkan syiar-syiar kekafiran, termasuk di dalamnya memakai atribut natal.

Tidak halal bagi seorang muslim untuk mirip mereka (orang-orang kafir) dalam segala hal yang menjadi yang ciri khas perayaan hari-hari besar mereka, tidak membantu mereka dengan makanan, pakaian, menyediakan penerangan, dan lain sebagainya. Kita juga tidak diperkenankan mengadakan perayaan, dukungan finansial, atau acara perdagangan yang bertujuan memudahkan terselenggaranya program tersebut.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- yang merupakan guru dari Al-Imam Ibnu Katsir, Ibnul Qayim Al-Jauziyah dan sejumlah ulama besar lainnya, pernah menulis pedoman perihal haramnya turut serta dalam syiar orang-orang kafir.

الْحَمْدُ لِلَّهِ لَا يَحِلُّ لِلْمُسْلِمِينَ أَنْ يَتَشَبَّهُوا بِهِمْ فِي شَيْءٍ، مِمَّا يَخْتَصُّ بِأَعْيَادِهِمْ، لَا مِنْ طَعَامٍ، وَلَا لِبَاسٍ وَلَا اغْتِسَالٍ، وَلَا إيقَادِ نِيرَانٍ، وَلَا تَبْطِيلِ عَادَةٍ مِنْ مَعِيشَةٍ أَوْ عِبَادَةٍ، وَغَيْرِ ذَلِكَ.

وَلَا يَحِلُّ فِعْلُ وَلِيمَةٍ، وَلَا الْإِهْدَاءُ، وَلَا الْبَيْعُ بِمَا يُسْتَعَانُ بِهِ عَلَى ذَلِكَ لِأَجْلِ ذَلِكَ.

وَلَا تَمْكِينُ الصِّبْيَانِ وَنَحْوهمْ مِنْ اللَّعِبِ الَّذِي فِي الْأَعْيَادِ وَلَا إظْهَارُ زِينَةٍ.

وَبِالْجُمْلَةِ لَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَخُصُّوا أَعْيَادَهُمْ بِشَيْءٍ مِنْ شَعَائِرِهِمْ، بَلْ يَكُونُ يَوْمُ عِيدِهِمْ عِنْدَ الْمُسْلِمِينَ كَسَائِرِ الْأَيَّامِ لَا يَخُصُّهُ الْمُسْلِمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ خَصَائِصِهِمْ.

وَأَمَّا إذَا أَصَابَهُ الْمُسْلِمُونَ قَصْدًا، فَقَدْ كَرِهَ ذَلِكَ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ.

وَأَمَّا تَخْصِيصُهُ بِمَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ فَلَا نِزَاعَ فِيهِ بَيْنَ الْعُلَمَاءِ.

بَلْ قَدْ ذَهَبَ طَائِفَةٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ إلَى كُفْرِ مَنْ يَفْعَلُ هَذِهِ الْأُمُورَ، لِمَا فِيهَا مِنْ تَعْظِيمِ شَعَائِرِ الْكُفْرِ، وَقَالَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ: مَنْ ذَبَحَ نَطِيحَةً يَوْمَ عِيدِهِمْ فَكَأَنَّمَا ذَبَحَ خِنْزِيرًا.

وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: مَنْ تَأَسَّى بِبِلَادِ الْأَعَاجِمِ، وَصَنَعَ نَيْرُوزَهَمْ، وَمِهْرَجَانَهمْ، وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ، وَهُوَ كَذَلِكَ، حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 “Segala Puji Hanya Bagi Allah, Tidak halal bagi seorang muslim untuk mirip mereka (orang-orang kafir) dalam segala hal yang menjadi yang ciri khas perayaan hari-hari besar mereka, tidak membantu mereka dengan makanan, pakaian, menyediakan penerangan, dan lain sebagainya. Kita juga tidak diperkenankan mengadakan perayaan, dukungan finansial, atau acara perdagangan yang bertujuan memudahkan terselenggaranya program tersebut.

Demikian juga tidak mengizinkan belum dewasa berpartisipasi di tempat-tempat bermain dalam rangka memeriahkan hari raya mereka serta tidak berpenampilan perlente demi menyambut program tersebut.

Secara umum, kita tidak diperkenankan mengkhususkan hari raya mereka dengan sesuatu yang terkait dengan syi’ar agama mereka. Umat Islam hendaknya menganggap hari raya tersebut sebagaimana hari-hari biasa saja, tidak ada kekhususan dan tidak ada sesuatu yang istimewa.

Apabila ada kaum muslimin yang menyengaja menganggap (istimewa) hari raya orang kafir tersebut, maka sebagian ulama salaf dan khalaf membencinya.

Para ulama tidak berselisih terkait dengan menyikapi hari-hari tersebut sebagaimana klarifikasi di atas. Sebagian di antara mereka bahkan menyampaikan kufurnya seseorang yang menyokong dan berpartisipasi dalam perayaan hari raya mereka. Alasannya alasannya yaitu orang-orang tersebut turut mengagungkan syiar-syiar kekufuran.

Para ulama tidak berselisih terkait dengan menyikapi hari-hari tersebut sebagaimana klarifikasi di atas. Sebagian di antara mereka bahkan menyampaikan kufurnya seseorang yang menyokong dan berpartisipasi dalam perayaan hari raya mereka. Alasannya alasannya yaitu orang-orang tersebut turut mengagungkan syiar-syiar kekufuran.


Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan,

من تأسى ببلاد الأعاجم , وصنع نيروزهم ومهرجانهم , وتشبه بهم حتى يموت , وهو كذلك , حشر معهم يوم القيامة

“Barangsiapa yang tinggal di negeri ‘ajam (non-Arab), berperilaku mirip orang-orang di negeri tersebut hingga ia meninggal, maka ia akan dibangkitkan bersama orang-orang negeri tersebut pada hari kiamat.”

Masih dalam uraian pedoman yang sama, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahkan mengutip sikap Umar Bin Khattab yang melarang orang-orang kafir (Kristen) menampakkan hari raya mereka.

بَلْ قَدْ شَرَطَ عَلَيْهِمْ أَمِيرُ الْمُومِنِينَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَالصَّحَابَةُ وَسَائِرُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ أَنْ لَا يُظْهِرُوا أَعْيَادَهُمْ فِي دَارِ الْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّمَا يَعْمَلُونَهَا سِرًّا فِي مَسَاكِنِهِمْ.

فَكَيْفَ إذَا أَظْهَرَهَا الْمُسْلِمُونَ أَنْفُسُهُمْ؟ حَتَّى قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:”لَا تَتَعَلَّمُوا رَطَانَةَ الْأَعَاجِمِ، وَلَا تَدْخُلُوا عَلَى الْمُشْرِكِينَ فِي كَنَائِسِهِمْ يَوْمَ عِيدِهِمْ، فَإِنَّ السَّخَطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ”.

وَإِذَا كَانَ الدَّاخِلُ لِفُرْجَةٍ أَوْ غَيْرِهَا مَنْهِيًّا عَنْ ذَلِكَ ؛ لِأَنَّ السَّخَطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ.

فَكَيْفَ بِمَنْ يَفْعَلُ مَا يُسْخِطُ اللَّهَ بِهِ عَلَيْهِمْ، مِمَّا هِيَ مِنْ شَعَائِرِ دِينِهِمْ؟ وَقَدْ قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ السَّلَفِ فِي قَوْله تَعَالَى: {وَاَلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ}.

قَالُوا أَعْيَادُ الْكُفَّارِ، فَإِذَا كَانَ هَذَا فِي شُهُودِهَا مِنْ غَيْرِ فِعْلٍ، فَكَيْفَ بِالْأَفْعَالِ الَّتِي هِيَ مِنْ خَصَائِصِهَا.

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمُسْنَدِ، وَالسُّنَنِ : أَنَّهُ قَالَ: {مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ} وَفِي لَفْظٍ: {لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا}.

وَهُوَ حَدِيثٌ جَيِّدٌ.

فَإِذَا كَانَ هَذَا فِي التَّشَبُّهِ بِهِمْ، وَإِنْ كَانَ مِنْ الْعَادَاتِ، فَكَيْفَ التَّشَبُّهُ بِهِمْ فِيمَا هُوَ أَبْلَغُ مِنْ ذَلِكَ؟، وَقَدْ كَرِهَ جُمْهُورُ الْأَئِمَّةِ – إمَّا كَرَاهَةَ تَحْرِيمٍ، أَوْ كَرَاهَةَ تَنْزِيهٍ – أَكْلِ مَا ذَبَحُوهُ لِأَعْيَادِهِمْ وَقَرَابِينِهِمْ إدْخَالًا لَهُ فِيمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ، وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ، وَكَذَلِكَ نَهَوْا عَنْ مُعَاوَنَتِهِمْ عَلَى أَعْيَادِهِمْ بِإِهْدَاءٍ أَوْ مُبَايَعَةِ، وَقَالُوا: إنَّهُ لَا يَحِلُّ لِلْمُسْلِمِينَ أَنْ يَبِيعُوا لِلنَّصَارَى شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيدِهِمْ، لَا لَحْمًا، وَلَا دَمًا، وَلَا ثَوْبًا، وَلَا يُعَارُونَ دَابَّةً، وَلَا يَعَاوَنُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ دِينِهِمْ ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ مِنْ تَعْظِيمِ شِرْكِهِمْ، وَعَوْنِهِمْ عَلَى كُفْرِهِمْ وَيَنْبَغِي لِلسَّلَاطِينِ أَنْ يَنْهَوْا الْمُسْلِمِينَ عَنْ ذَلِكَ.

لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: {وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ}.

ثُمَّ إنَّ الْمُسْلِمَ لَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يُعِينَهُمْ عَلَى شُرْبِ الْخُمُورِ بِعَصْرِهَا، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ.

فَكَيْفَ عَلَى مَا هُوَ مِنْ شَعَائِرِ الْكُفْرِ؟ وَإِذَا كَانَ لَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يُعِينَهُمْ هُوَ فَكَيْفَ إذَا كَانَ هُوَ الْفَاعِلَ لِذَلِكَ؟

Amirul Mukminin Umar bin Khathab, para sobat Nabi, dan para ulama menyaratkan bagi orang-orang Nasrani (non-Islam) untuk tidak menampakkan perayaan hari raya mereka di negeri-negeri Islam dan mereka diharuskan merayakannya secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah mereka.

(jika orang kafir sendiri saja dihentikan menampakkan syiar hari raya mereka, pent) Bagaimana gerangan dengan kaum Muslimin sendiri?

Amirul Mukminin Umar bin Khathab, para sobat Nabi, dan para ulama menyaratkan bagi orang-orang Nasrani (non-Islam) untuk tidak menampakkan perayaan hari raya mereka di negeri-negeri Islam dan mereka diharuskan merayakannya secara sembunyi-sembunyi di rumah-rumah mereka.


Sampai-sampai Umar bin Khattab berkata; janganlah kalian mempelajari jargon-jargon orang ajam, dan janganlah kalian memasuki gereja-gereja orang musyrik pada hari raya mereka, alasannya yaitu sesungguhnya kemurkaan Allah turun pada mereka. lantas bagaimana orang akan melaksanakan apa-apa yang dimurkai Allah, termasuk diantaranya yaitu syiar-syiar agama mereka?

Telah berkata, lebih dari satu ulama salaf perihal firman Allah {وَاَلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ} Dan orang-orang yang tidak memperlihatkan persaksian palsu (QS Al-Furqan: 72), mereka berkata yaitu hari raya orang-orang kafir. apabila yang dimaksud memberi kesaksian yaitu tanpa dilakukan dengan perbuatan, bagaimana dengan dengan orang yang melakukannya itu dengan perbuatan yakni mengistimewakannya.

Dalam kitab musnad dan sunan diriwayatkan bekerjsama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ وَفِي لَفْظٍ: لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

“Barangsiapa yang mirip suatu kaum (komunitas), maka ia termasuk bab dari kaum (komunitas) tersebut.” (HR. Abu Daud)

Dalam hadis lain “Bukanlah bab dari kami bagi mereka yang mirip orang-orang selain kami.” Status hadis ini jayyid.

Apabila mirip mereka dalam permasalahan kebiasaan saja terlarang, bagaimana pula hukumnya mirip mereka dengan sesuatu yang lebih esensial, yakni mirip mereka dengan cara turut memeriahkan hari raya mereka.

Apabila mirip mereka dalam permasalahan kebiasaan saja terlarang, bagaimana pula hukumnya mirip mereka dengan sesuatu yang lebih esensial, yakni mirip mereka dengan cara turut memeriahkan hari raya mereka.


Sebagian ulama ada yang mengharamkan atau memakruhkan memakan sembelihan mereka yang diperuntukkan untuk perayaan hari raya mereka. Mereka mengategorikan sembelihan tersebut yaitu sembelihan yang dipersembahkan untuk selain Allah. Mereka para ulama tersebut juga melarang berperan serta dalam hari raya tersebut, baik dalam bentuk memberi hadiah atau menyediakan komoditi dagang untuk memeriahkan hari raya mereka. Mereka mengatakan, “Tidaklah halal bagi seorang muslim mengadakan transaksi dagang dengan orang Nasrani berkaitan dengan maslahat perayaan hari raya mereka, tidak menjual daging, pakaian, tidak menolong mereka dalam suatu kasus yang menjadi bab dari agama mereka. Karena yang demikian termasuk mengagungkan kesyirikan mereka, memberi motivasi, dan dorongan budpekerti dan material terhadap kekufuran mereka. Hendaknya pemerintah melarang umat Islam dari perbuatan demikian, alasannya yaitu Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Tolong-menolonglah kalian dalam kasus kebaikan dan takwa, janganlah kalian bahu-membahu dalam perbuatan dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2). Seorang muslim dihentikan tolong menolong dalam hari raya kafir, dengan menjual minuman khamr dan materi perasan lainnya (untuk dibentuk khamr). Lantas bagaimana gerangan bila yang dilakukan yaitu membanntu dalam syiar-syiar perayaan hari raya orang kafir. Dan apabila menolong dalam syiar perayaan orang kafir saja dilarang, bagaimana gerangan dengan melaksanakan syiar kekufuran itu sendiri?

Demikian gamblang pedoman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang melarang memperlihatkan derma kepada orang-orang kafir dalam bentuk menampakkan syiar-syiar hari raya agama mereka termasuk diantaranya mengenakan atribut natal. Wallahu a’lam.
Sourche: panjimas.com

Belum ada Komentar untuk "✔ Sebarkan!!! Ini Ajaran Haram Gunakan Atribut Natal Dan Pertolongan Syiar Hari Raya Orang Kafir"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel