✔ Chester Bennington, Inikah Cermin Kegagalan Kapitalisme?
Chester Bennington, Inikah Cermin Kegagalan Kapitalisme?
Kemarin Chris Cornell, kini Chester Bennington. Mereka kaya, sukses, terkenal, tapi tidak bahagia. Ujung-ujungnya depresi kemudian bunuh diri.
Selaku pendengar setia Linkin Park dari SD (courtesy to my ol' sis), saya cukup mengetahui apa yang dialami Bennington semenjak kecil. Pelecehan seksual, penyalahgunaan obat-obatan, sampai kecanduan alkohol. Lagu-lagu Linkin Park banyak membahas soal permasalahan Bennington itu. Setelah sekian tahun, pasca Linkin Park mengeluarkan album studio ketujuhnya, Bennington risikonya mengalah dan mengikuti mentornya, Cornell.
Kasus ini (dan jutaan lainnya) setidaknya mengajarkan kita dua hal. Pertama, ukuran kebahagiaan bukanlah kekayaan maupun kesuksesan. Apa yang kurang dari Bennington? Salah satu vokalis paling bertalenta di industri musik rock, bersama grup band yang dikenal di seluruh penjuru dunia. Tapi beliau masih merasa depresi juga.
Menurut Dr. Paul Pearsall, sebagaimana dikutip dalam buku The Model, yang menyerupai itu disebut sebagai Toxic Success. Kesuksesan beracun. Dia sukses, tapi beliau tidak bahagia. Ini yang lebih banyak menimpa orang kaya. Sebaliknya, kemiskinan belum tentu menciptakan orang sengsara. Buktinya, indeks kebahagiaan warga Yogyakarta yaitu yang paling tinggi di Indonesia, walau ketimpangan ekonominya justru yang paling buruk.
Kedua, tatanan hidup kapitalisme yaitu tatanan hidup berbasis materi, alias materialisme. Kenikmatan tertinggi yaitu dengan kepemilikan bahan berlimpah. Orang dapat dikatakan senang jikalau mempunyai bahan berlimpah. Tapi diri mereka kosong. Jiwanya gusar, gelisah. Seperti tidak tahu arah hidup. Ini tidak dapat dipungkiri, alasannya kapitalisme sendiri dibangun atas dasar sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan.
Naluri dasar insan yaitu naluri beragama. Bisa dipahami bahwa memisahkannya dari tatanan kehidupan justru akan membawa permasalahan. Manusia dibuat jadi menyerupai anak ayam yang kehilangan induk. Hidup tidak tenang, stres, depresi, risikonya jatuh ke hal-hal terlarang (obat-obatan, alkohol). Believe me, it's a daily affair in the Western world.
Islam yaitu satu-satunya jalan hidup yang lurus. Mereka yang meyakininya dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tidak akan menyerupai anak ayam kehilangan induk. Mereka tahu apa itu bahagia, dan mereka akan punya tujuan hidup, yakni akhirat. Mengenal Islam dengan kaffah akan membawa insan dalam kebahagiaan yang tidak dapat ditemukan dengan mengikuti jalan hidup kapitalisme.
Ah, andai Bennington mengenal Islam. Mungkin nasibnya tidak akan menyerupai ini. Tapi beliau sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, meninggalkan Linkin Park dengan lubang besar yang entah dapat diisi atau tidak. Sekarang dilema justru pada kita, kaum muslimin. Masih mau mempertahankan peradaban kapitalisme yang tidak dapat membawa kebahagiaan ini? (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Source:
Kunjungi website
Belum ada Komentar untuk "✔ Chester Bennington, Inikah Cermin Kegagalan Kapitalisme?"
Posting Komentar