✔ Inilah Analisa Sangat Menarik Peta Socmed & Agresi 4 November


INILAH ANALISA SANGAT MENARIK PETA SOCMED & AKSI 4 NOVEMBER

“Kalian Semua Suci Aku Penuh Doxa”-Kaum Sophist.
(by SEMUT IBRAHIM)*
Assalammu’alaikum, 

Ahh hasilnya sanggup nulis lagi sehabis berperang melawan macetnya jalan di kawasan Citos, Jakarta Selatan. Maklum, sebagai kaum kelas menengah SES BC yang tinggal di Depok, kami harus berjibaku dengan jalanan biar sanggup tetap makan dan nabung buat nikah. 

Kali ini, kita akan membahas gerakan Semut Ibrahim dari sisi digitalnya, which is kami sehari-hari memang berurusan dengan tetek bengek digital ini. Btw, inisiatif kami bergerak salah satunya alasannya yakni dipaparkan beberapa data yang bekerjasama dengan agresi tenang 411 dari seorang pakar Big Data, Co-Founder Awesometrics berjulukan Pak Ismail Fahmi. Kami sudah meminta izin dia untuk menampilkan hasil olahan datanya dan penjelasan-penjelasannya di catatan ekslusif ini. Kami akan menjelaskannya setajam singlet! Mari kita bahas satu persatu. Btw, bahasannya bakal agak berat, tapi gak seberat waktu diputusin tanpa kabar sih. Hiks. 

Oke, kita mulai.

Data-data di bawah diambil sebelum agresi 4 November 2016, data diambil pada tanggal 31 Oktober 2016. Sumber dari Twitter dengan keyword: "demo 4 november" or "demo 4 nopember". Software: powered by Perl.

Data Pertama: Mengetahui Propaganda dan Pembicaraan Tentang Demo 4 November 2016 di media sosial.


(Gbr1: All the universe of the conversation. Aneh, isu demo ini ternyata gak terlalu ramai di socmed. Hanya segelintir buzzer yg meramaikan, dan diretweet oleh followernya.)

(Gbr.2: Tiga buzzers. Dua diantaranya share the same 'followers')

(Gbr.3: Persepsi yang dibangun di socmed)

(Gbr.4: Topic map di media online. Banyak memberitakan antisipasi yang dilakukan oleh aparat.)
Sudah mulai pusing mblo? gundah dengan teladan visual di atas maksudnya gimana? kita lanjutkan dulu ya.

Data Kedua: Mengetahui Kubu Pro, Netral, dan Kontra Aksi 411.

Data-data pertama masih diambil dengan keyword "demo 4 november" or "demo 4 nopember" sehingga gres terlihat kubu kontra aksi, belum terlihat mana kubu pro agresi dan netral. Ditambahlah keyword: “Bela Islam”, muncullah peta data dari kubu pro agresi dan netral. Berikut penampakan SNA (Social Network Analysis)nya:


(Gbr.5: Boom! Terlihatlah kubu pro aksi, kontra aksi, dan netral.)
Oke, sedikit penjelasan, kiri gambar yakni kubu pro agresi 411, ya kau sanggup liat ada @maspiyungan, @DPP_FPI, @syihabrizieq, dan lainnya. Tengah yakni kubu netral dan wownya yakni detikcom. Kanan gambar kubu kontra agresi 411, ada yang paling gede @ulinyusron, @sahaL_AS, @kurawa, @PartaiSocmed dan lainnya. Anak twitter niscaya gak asinglah sama nama-nama itu. Bisa terlihat polarisasi yang terjadi kan? Semut Ibrahim berada di mana? di hati para perindu cinta.

Oke, mungkin banyak yang bertanya perihal arti warna, garis, dan titik-titik di atas, mari kita bedah. Warna hijau dan merah menawarkan sentimen negatif dan positif (namun di SNA ini sentimen tidak diset akurat). Lalu titik-titik dan garis-garis itu apa? nah itu yang seru, salah satu alasan besar Semut Ibrahim tergerak untuk turut berperan kecil.

Lanjut terus yes bacanya.




(Gbr.6-7: Topic map di media online sesudah ditambahkan keyword Bela Islam)

(Gbr6: Opinion leader dan posisi yang mereka usung (top tweets). Tweet dengan retweet terbanyak)

(Gbr.9: Top 5 akun yang mempunyai engagements tertinggi.)
Data Ketiga: Mendeteksi Robotnya Para Buzzer.

Nah yang seru di sini nih. Data berikutnya yakni perihal robot. Ya, gak

dipungkiri lagi kalau di dunia media umum apalagi yang bekerjasama dengan ‘kepentingan’ niscaya ada permainan para robot atau biasa disebut bots. Kita akan mendeteksi bots yang dipakai oleh para buzzers atau top influencers. Untuk meningkatkan amplifikasi dengan cepat, berdasarkan asumsi Pak Ismail Fahmi hampir semua top influencers memanfaatkan jasa robot. Btw, biar gak salah kaprah, buzzer itu bukan konotasi yang negatif ya, banyak banget buzzer baik. Di tim kami juga ada buzzer, biasanya ngebuzz brand-brand gitu, tidak mengecewakan katanya buat nambahin tabungan nikah: “Yang penting halal dan prinsip gue gak bakal pernah nge-buzz alkohol, rokok, pembesar, peninggi, pemanjang, dan pengencang”.
Nah, mari kita lihat, di dalam dua kelompok yang head-to-head ini, dimana robot-robot itu berada?


(Gbr.10: Beda 'real user' dan robot. Kelihatan gak bedanya?)


(Gbr.11: Dari ciri-ciri teladan interaksinya sih user dalam bulat putus-putus itu yakni robot. Sekaligus, jikalau entitas itu robot maka dia akan menciptakan teladan yang sama dan teratur. Lihat deh, titik-titik di atas teratur banget kan, alasannya yakni dia menggunakan teladan budi robot. Kalau kau putus-putus jugakah cintanya?)
Ciri-ciri robot:
- Menjalankan perintah tuannya saja.
- Gak aktif, gak punya inisiatif.
- Gak ikut aktif dalam pembicaraan, hanya meretweet target-target tertentu saja

Ciri-ciri real user: 
- Gak punya teladan retweet tertentu. Bisa meretweet, membalas siapapun.
- Aktif dalam engagement dan percakapan. 
- Gak mojok sendirian.

Nah, dari dua kelompok ini, mana yang mempunyai real users yang besar, dan mana yang lebih banyak disupport oleh robot? kau sanggup jawab sendiri kan sekarang? Dari data inilah kami hasilnya tergerak untuk mencoba berperan walau kecil di dunia digital. 

Gile, banyak amat robotnya! Bisa dibawa ke opini yang kurang baik nih! Kita harus gerak coy!

Kami paham bahwa berkontribusi harus dibagi-bagi, nggak cuma di jalan. Di dimensi digital kita juga sanggup berjihad (sedap banget gak bahasanya? wkwk), salah satunya dengan mencoba ‘menenangkan’ para robot yang berpotensi menebar isu anti kedamaian. Kami ketika melihat data-data ini inget perihal kajian Doxa. “Kalian semua suci saya penuh dosa?”. Beda, ini bukan dosa, tapi doxa.

(Buzzer yang udah gak urusan sama baik jelek benar salah yang penting dibayar, niscaya akan membabi buta, mengoceh sana-sini dengan sumbangan botsnya. Mirip jomblo yang sudah menahun, ngoceh melulu kerjaannya.)

Ada yang tahu apa itu doxa? kita coba bedah sedikit ya biar sanggup lihat relevansinya.

Doxa yakni opini terkenal yang berusaha orang ciptakan untuk mengambil laba pribadi/kelompoknya sendiri. Yunani pada zaman dulu menggunakan demokrasi sebagai sistem pemerintahan sama ibarat di Indonesia sekarang. Sistem pemerintahan ini memilih policy (kebijakan) berdasarkan bunyi terbanyak. Untuk melanggengkan sistem demokrasi dibuatlah adagium "Vox populi vox dei" yang artinya "Suara rakyat yakni bunyi Tuhan."

Dalam tataran ideal, sistem demokrasi ini manis alasannya yakni sanggup mengakomodasi general will (kehendak umum) rakyat. Sehingga rakyat sanggup didengar aspirasinya dan distribusi kebutuhan menjadi sesuai dan sempurna sasaran. Namun, pada praktiknya, bunyi rakyat sanggup direkayasa, disetir, dan diarahkan dengan cara membentuk opini umum (doxa) perihal beberapa masalah. Hal ini menciptakan artikulasi dari isi hati dan kebutuhan orisinil rakyat tidak tersuarakan. Rakyat terkena racun propaganda. 
Pada masa Yunani dulu, terdapat sekolompok orang yang lihai dalam beretorika. Mereka sanggup menciptakan dominan rakyat oke dengan argumentasi mereka. Mereka sangat berilmu mempersuasi massa. Mereka berjulukan kaum sophist.

Kaum sophist ini secara motif dan fungsi sama ibarat buzzer-buzzer yang bersebaran di media umum sekarang. (Ingat ya, buzzer itu bukan konotasi negatif, ini semua tergantung buzzernya). Mereka menyuarakan pendapat, argumentasi, dan opini yang membawa massa pada laba pribadi atau kelompok yang membayar si buzzer itu. Buzzer tidak peduli dengan kebenaran dan fakta. Yang mereka pedulikan yakni berhasil tidaknya mereka menciptakan opini umum (doxa) yang sesuai dengan pesanan si klien yang membayar mereka. Pada konteks Aksi Damai 411. Kaum sophits alias buzzer ini melaksanakan framing dan menyudutkan Aksi Damai 411.

Itulah salah satu alasan kami inisiatif menciptakan gerakan Semut Ibrahim. Karena kami sadar kaum sophist sudah ada dari dulu hingga sekarang. Hal ini harus diimbangi dengan gerakan alternatif yang tidak punya kepentingan apa-apa, yang memang dari awal hanya ingin konsisten membawa pesan cinta, damai, dan keadilan tapi belum sejahtera dan masih jomblo juga hingga sekarang. Kami mencoba mengimbangi opini yang akan mereka buat, dengan sadar bahwa kelemahan mereka ada di engagementnya. Maka kami menciptakan strategic plan biar pesan cinta, damai, dan adil sanggup semarak di timeline para pengguna medsos di manapun berada, dengan siapa, semalam berbuat apa.
Oiya, sekali lagi terimakasih untuk Pak Ismail Fahmi yang sudah memberi izin data-data dan penjelasannya kami pakai. Semoga bapak makin awesome!.

Sampai jumpa di artikel berikutnya, perihal analisa hasil data dari Inbound Strategy Semut Ibrahim di dunia digital kemarin. Bocorannya dikit, reach/jangkauan kami sudah mencapai 1,5 juta dalam 3 hari, alhamdulillah yah, setidaknya dari jumlah tersebut menunjukan ada calon jodoh kami di seberang sana yang belakang layar ngefans. Cuih. Neng, kapan kakak sanggup silaturahim ke rumah ortu kamu? kakak gak mau pacaran, maunya eksklusif nikah aja. 

Depok, 7 November 2016

Tim Semut Ibrahim

#DaripadaSendiriMendingGabungSamaKoloni


Sourche:https://semutibrahim.com/ http://www.portalpiyungan.co/
___

Belum ada Komentar untuk "✔ Inilah Analisa Sangat Menarik Peta Socmed & Agresi 4 November"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel