✔ Teknik Arsitektur: Sejarah, Pengertian, Ruang Lingkup

Arsitektur yaitu seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur meliputi merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, sampai ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Sourche: lizardicious

Ruang lingkup dan keinginan

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling renta yang masih ada sampai sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur sanggup dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus meliputi pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, sanggup dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah meliputi baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur yaitu holak, termasuk di dalamnya yaitu matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur yaitu ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan evaluasi terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat yaitu salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme yaitu beberapa instruksi dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.

Teori dan praktik

Pentingnya teori untuk menjadi Referensi praktik dihentikan terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "praktikdan teori yaitu akar arsitektur. Praktik yaitu perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi materi bangunan dengan cara yang terbaik. Teori yaitu hasil aliran beralasan yang menjelaskan proses konversi materi bangunan menjadi hasil final sebagai tanggapan terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak sanggup menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang beliau pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia mempunyai senjata ganda. Ia sanggup mengambarkan kebenaran hasil rancangannya dan juga sanggup mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep aliran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

Sejarah

    Untuk lebih terperinci lihat artikel utama: Sejarah arsitektur

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian insan menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi mulut dan praktik-praktik, arsitektur bermetamorfosis ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek ketika itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan sampai kini masih dilakukan di banyak cuilan dunia.

Permukiman insan di masa kemudian intinya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural bermetamorfosis masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan akomodasi umum ibarat jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan gres ibarat sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi cuilan penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan hukum (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain yaitu karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibuat oleh para artisan / mahir keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan pengutamaan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang gres dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada ketika itu, tidak ada pembagian kiprah yang terperinci antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun sanggup merancang jembatan sebab penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari aneka macam bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan gres serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada kurun ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek membuat sketsa-sketsa dan gambar anggun tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang sanggup dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah mempunyai keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal kurun ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa kemudian sejarah dan menentukan melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia yaitu sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal sebab kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum mencicipi adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain sebab kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan perjuangan membentuk arsitektur yang lebih sanggup diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi beropini bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) yaitu lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan mengatakan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis langsung oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan insan sehari-hari dan memakai teknologi untuk mencapai lingkungan yang sanggup ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang ibarat Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapat hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam aneka macam bidang ibarat perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur kini ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek kini ini. Namun, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis kini ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

Kesimpulan

bangunan yaitu produksi insan yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang kerikil di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang mempunyai makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada obrolan antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan akhirnya yaitu sebuah obrolan yang sanggup dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.

Belum ada Komentar untuk "✔ Teknik Arsitektur: Sejarah, Pengertian, Ruang Lingkup"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel